Kawasan
bintang Cibubur
Dengan malu-malu memasuki kawasan
penuh bintang, ya kawasan bintang, sinarnya seperti bertanya
padaku, kapan aku bersinar. Setidaknya menyinari diriku sendiri. Ahh..benar,
lama rasanya tak muncul dikawasan ini, seperti ada yang hilang.
Beberapa diantara kita sudah ada
yang saling kenal, walaupun belum terlalu kenal, kenal wajah, lupa nama. Kita
berasal dari berbagai kalangan, tapi kita punya satu kesamaan. Ceritaku berikutnya, seperti menemukan
sesuatu yang baru. Kutinggalkan sejenak aktivitas tugas akhir yang menguras
waktuku belakangan ini. Senang sekaligus sedikit bingung mengapa aku bisa
terpilih mengikuti camp ini. Ahh..ini mungkin salah satu jalan untuk mengisi kantong semangatku yang terkuras beberapa
minggu ini. Bismillah..berangkat.
Untuk pertama kalinya aku mengikuti
kegiatan pelatihan seperti ini, kubayangkan hal-hal menyenangkan yang mungkin
akan kutemukan disana. Karena yang akan kutemukan adalah orang-orang hebat dari
berbagai universitas besar di Indonesia. Berharap langkah ini benar ya allah.
Aminnn. Ku tancapkan niat itu dihati.
Selangkah lagi menjadi orang yang mampu mengemban diri dan mengembangkan
potensi. Itu benih yang ku tanam sebelum
bis ini melaju membawa ku ke Cibubur.
Terus melaju menembus
waktu. Jakarta menyambutku dengan..lagi-lagi dengan asap hitam kendaraan.
Polusi masih betah mengitari ibukotaku. Ahh, gerahnya tak langsung memelukku
tapi bisa kurasakan, dari luar jendela bis ini, kulit legam anak jalanan
memantulkan hawa tak sejuk. Ah..kotaku. brrharap ada yang berbeda semenjak awal
kedatanganku. Hmmm...jakarta makin pekat saja batinku.
Rumput Cibucur basah, hujan
mengguyurnya beberapa jam yang lalu. Kawasan sejuk untuk ukuran jakarta. Ah
kota ku seperti inilah kiranya setiap sudut dikotaku.
Kembali ke cibubur yang lembab,
mulai hari ini dan empat hari kedepan, akan ada hal baru yang akan terjadi
disini. Hmmm...ayo waktu tunjjukkan padaku, bagian mana dari cibubur ini yang
akan menyeretku, mengherdikku untuk berlari terus berlari mengejar mimpi.
Meyakinkan aku kembali terhadap coretan yang memenuhi dinding kamarku dengan
targetan-targetan dan mimpi-mimpi yang setiap kali ku bangun memacu detak
jantung, ataupun malah efek sebaliknya. Lemes, entah sejauh mana kini jalan
menuju mimpi itu sudah ku tapaki.
Malam pertama dicibubur. Nah ini
dia moment yang ditunggu-tunggu. Perkenalan. Cerita lama kawan, katanya tak kenal
maka tak sayang, tak sayang maka tak dekat. Sesi perkenalan dimalam ini riuh. Dia
dengan jawa kentalnya, ini nyunda
banget, itu dengan betawi asli, eh anak seberang pulau dengan logat medan yang
khas. Indonesiaku memang beragam. Kini bisa kurasakan langsung bhineka tunggal
ika punya bangsaku. Ini ternyata. Aku bisa lihat, almamater kebanggaan
masing-masing membawakan karakter si empunya. Punyaku mirip banget sama punya
intan, yang kuning tuh paling kelihatan, ada ijo muda tu yang dari Jogja, jadi inget
dulu aku sok tau banget, bilang ke teman aku kalau yang di jogja tu
almamaternya ijo tua, hehe ( maaf uli, aku ngira-ngira waktu itu).kalo yang
dari utara kepulauan indonesia itu warnanya ijo juga, tapi beda sama dari Jogja.
Wahhh..Cibubur serasa didatangi oleh anak dari
berbagai daerah, Cibubur seperti indonesia mini empat hari kedepan.
Malam melangkah menjauh, membiarkan
fajar menggantikannya. Waaahh,..saat ku membuka mata, aku salah bukan aku yang
pertama bangun, lihat kawan, kamar mandi wisma ini ada lima dan terisi semua.
Dahsyaaat. Lalu seketika kulihat diriku yang jam segini masih memeluk guling
berselimutkan kenyamanan. Saat fajar benar-benar turun barulah kuturun bak ratu
dari peraduannya. Aku tau pasti mentari tak suka padaku, karena aku luput dari
kemunculannya yang anggun itu. Ahhh...kapan terakhir aku bangun sepagi ini? “
hiaaa...astagfirullah, wajahnya tiba-tiba muncul. Kaget aku. “ hayo ngantri,
jam tujuh teng harus udah ditempat”. Hummffg. Pembelajaran berikutnya :
pastikan kau melihat sang fajar mengunjungimu “,sebagai langkah awal yang tepat
dalam memulai hari.
Setiap kata yang mengudara di
kawasan ini seperti lebah-lebah yang menyengatku. “mimpi akan tetap menjadi mimpi
kalau tak ada tindakan berarti”. Teggg..kenalah ulu hatiku. Itu aku. Bagaimana
dengan makluk lainnya? Hello dunia, hari ini ada yang mengguncang alam bawah
sadarku. Istana mimpiku terusik. Kawasan bintang, aku ada disekitarnya, terkena
sinarnya, apakah aku bintang? Seperti yang orang lihat dari kejauhan?, aku
berada dikawasan bintang, apakah aku bintang, karena aku turut bercahaya karena
sinarnya?. Aku berubah jadi semut kecil yang meringkuk dibawah sepatu bang bono,
uupss..kecil banget.
Cibubur kembali berembun, gerimis
pagi menyambanginya. Sungguh pemandangan yang menyejukkan, rumput cibubur
bertemu tetes hujan nan lembut. Kembali seseorang dengan langkah tegapnya, membius
ruangan ini dengan lecutan-lecutan semangatnya. “Your map road”. Heyhey..tamat kuliah
mau kemana??”Kontribusi apa buat bangsa?”.harus taat aturan loh.. kalau mau
sukses, di negeri antah barantah sana, orang-orang pada sukses karena taat
aturan”.ohhyaaa...??? “change ur attitude, change ur tehnique, change ur
habit”..,seperti seorang pemimpin perang, siapa itu yang di arek-arek
suroboyo..dahsyaat. kalau dulu, pahlawan kita berperang dengan bambu runcing,
kini beliau berada digaris depan memimpin pasukannya mengebom indonesia dengan
prestasi. Gerimis jadi saksi.
Cibubur makin rame, hujannya makin
bersemangat. “dalam waktu tiga puluh menit, sampah harus terkumpul minimal
seribu”. Hiyaaa..next job. “teman-teman, kita harus mengumpulkan sampah minimal
seribu dalam waktu tiga puluh menit. Kantong plastik kami mulai terisi, kami
kelompok dua, oiya hampir lewat. Namanya mentari. Ceritanya kita adalah mentari
yang menyinari langit masa depan indonesia. Aku akan jadi mentari??, wahhh
pasti mentari yang tak suka padaku akan bertanya apakah aku bisa
menyamainya?ckckck, lihat setelah ini aku akan lebih dulu bangun sebelum kau
muncul, agar aku bisa melihatmu mentari. Benar setelah ini aku berubah menjadi
mentari??
Menyusuri bagian timur buperta cibubur,” seribu
sembilan puluh sembilan,” ia menghitung sampah terakhir yaang ia masukin.
Tanpa sadar, operasi semut ini terasa ringan. Cuma jalan-jalan sekitar sini,
menyisir bagian timur cibubur, udah deh, andai diluar sana sampah juga dipungut
tanpa beban seperti ini? Yakin, negeri ini bisa kinclong. Bersinar layaknya
mentari ( lohh..).
Kantong plastik penuh sampah itu
masih menjalani proses berikutnya. “intruksi
berikutnya, dari sampah yang sudah dikumpulkan ini harus dibuat sebuah bangunan
yang bisa berteduh dua orang”, pak rudi yang memegang kendali acara ini.
“Asiikkk...outdoor.” hiaaaa... hujan derasss.manteeepp.
Peserta dengan kepala sekitar 130an
orang ini berbondong-bondong menyonsong hujan. Yee..”siapa takut. Makin deras,
makin asikk. Kapan lagi bisa kayak gini”. Ia terus aja mengomentari moment hujan yang akan
menemani kegiatan outdoor kami.. “Waaahhh..bergelut dengan sampah ya?” dalam
hati. Memang kenapa? jijik?” oiya?? Mikir nggak sih, perasaan orang yang tiap
harinya seperti ini? Atau orang yang menjadikannya ladang rezeki?ckckck. buka
mata. Dan kawan, nggak satupun yang kudengar keberatan loo. Wahhh..untung aja
perdebatan ini di dunia lain,tak sampai loncat ke dunia nyata.
Hujan masih mengguyur cibubur. Malah
makin deras. Hepp..oho, don’t stop us now. Nggak bisa. Masih diantara hujan,
mentari melewati berbagai permainan ala tim yang butuh kerjasama dan solusi
bersama. Benar, ini simulasi sebuah organisasi, pondasinya negara.
Malam
kedua di cibubur,..
Ada moment penting disini. Intruksi
dari tim acara camp”malam ini tuliskan target hidup anda pada kertas yang kami
sediakan, alamatkan pada orang tua anda, nanti akan dikirm ke orang tua anda
masing-masing”..
Pelan dan hati-hati tintaku menari mengikuti sunyi
senyap ruangan ini. Cibubur hening. Semua mata tertuju pada kertas kosongnya
masing-masing.
Eh,
kenapa ada aliran panas di mata, uhff. Suara disebelahku mulai terdengar aneh,
sumbang, inisiasi untuk tangis dibeberapa kedalaman. Aku mengerti akan banyak
yang lepas kendali di sini. Wajar.
“Acara bebas selanjutnya diserahkan pada
kelompok masing-masing”.
“Okeh sekarang kita, sekarang kita sharing aja ya, tentang
mimpi-mimpi kita” tentang apapun lah, bebas, .gimana teman-teman?. Boleh-boleh
yukk”. “Yuk kita cerita-cerita aja sepuasnya”. Yang lain mengangguk. Sepakat
kalau malam ini kita berbagi tentang mimpi dan masa depan. Mentari mencoba
meniti hari esok dengan mempererat tali ukhwah dengan sesama. Ini antara kita.
Mentari. Seperti kelompok yang lain. Chesee, pahlawan, pemuda bangsa, pun
mentari membentuk lingkaran. Dari lingkaran kecil ini mimpi itu berpendar.
Menjauh dan semakin menjauh. Menjangkau batas mimpi itu.
Mentari edisi malam ini : semua tentang kita
(seperti lagunya peterpan tempo dulu. Pas). Satu-satu mulai bercerita, semuanya,
tanpa batas. Sebentar, tiga hari yang lalu, kau siapa darimana, bagaimana, dan
bla, bla? Oho...waktu terlalu singkat tak jadi soal untuk mengenalmu lebih dalam. Cerita kita,
masih dalam bingkai satu rasa, karena kita satu keluarga pada suatu masa
dikawasan bintang cibubur.
Sepakat cerita diawali dari pemuda dari tanah Deli.Ceritanya
mengalir, terus saja, menyambung menjawab setiap tanya yang muncul dibenak
kami. Kawan, jauh dari yang kubayangkan. Mungkin banyak kisah yang membuat haru
tapi rasanya jauh lebih dalam kalau kau berada disisinya. Tess..tess, mata para
cewek mulai berkaca. Ahh..kawaan ,pliss tolong jangan berhenti, kau pasti bisa.
Kita bisa. “pasti ada jalan selagi ada usaha untuk merubah nasib.
Sesi pemuda aceh. Ia mulai berkisah.. Ayooo semangat,
aceh menuggumu membawa perubahan itu. jemput
mimpimu. Kau tak sendiri, ada kami disini.
Sesi pemuda jawa. Yang satu ini begitu bersemangat
mengawali ceritanya. Ia bacakan surat untuk orangtuanya.
Ini seperti sinetron kawan. Tapi ini beneran,
sungguh, terpekur dan memahami. Kawan,...ini cerita kita, dan diluarsana masih
banyak yang mungkin lebih perih dari kita tapi dengan satu keyakinan bahwa kita
bintang untuk sandiwara hidup kita masing-masing.
Semuanya
punya mimpi. Cibubur saksi ketika satu persatu mimpi itu mengudara disini. Diam
dan menyimpan kelak di edisi hari esok kita bisa bertemu dengan baju mimpi yang
kita ikrarkan disini.
Teng...pagi
dihari keempat
Pagi
mulai meninggi. Saatnya bergerak,
melangkah menepati janji masa depan.
Cibubur
suasana terakhir. Ketika pertemuan kita berkahir hari ini. “sampai jumpa semuanya, yang ujung indonesia
mulai melambaikan tangannya, Bogor, Bandung dan Jogja pun beranjak ke asal
masing-masing.
Bis
mulai bergerak, melintasi, jauh, mejauhi cibucur. Rumput cibubur berembun. Ketika
waktu terus berputar meninggalkan peristiwa menjadi kenangan bahwa cibubur
pernah menjadi kawasan bintang yang berikrar untuk berevolusi menyinari bumi.
Kita....
Pagi bersama mentari menata kembali hati untuk
melangkah meraih mimpi...
No comments:
Post a Comment